Sore itu angin kemarau berhembus
semilir mengaduk hamparan kelakar daun kering yang berserak penuh di jalanan.
Tak jarang daun kering yang baru jatuh dari pohonnya, menerpa tubuhnya yang
sedang berjalan pelan menyusuri jalanan itu. Waktu itu memang puncak musim
kemarau. Dan jalan ini memang diteduhi oleh rindangnya pohon mahoni dan sawo belanda yang kini meranggas karena
kemarau. Lelaki bertubuh kurus dengan postur tidak begitu tinggi (sekitar 169
cm) ini sesekali tersenyum menikmati pemandangan sore itu. Dia mengenakan tas
selendang berwarna coklat, sedikit lusuh dan ditempeli beragam pin. Alisnya
yang agak tebal sesekali mengernyit ketika mendengar lagu dari headset mp3
player yang dipakainya melantunkan lagu yang tidak begitu dia sukai. Lalu
dengan pelan dia pencet mp3 playernya untuk mengganti lagu berikutnya. Lelaki
berambut lurus ini terus berjalan dengan perasaan begitu tenang dan damai
melihat kuning keemasan hamparan daun kering yang terterpa tembusan cahaya
matahari sore dari celah-celah ranting pepohonan yang begitu indah. Sepatu
Airwalk star low berwarna hitam yang dikenakannya berulang kali menyapu dedaunan
kering itu, dan menciptakan gemerisik suara yang berpadu syahdu dengan hembusan
angin sore itu. Jalan ini memang sepi kendaraan karena memang merupakan jalanan
kampus Universitas Gadjah Mungkur yang
tidak dibuka untuk akses umum. Sore itu Daffa menuju kostnya sehabis
kuliah yang cukup melelahkan baginya. Setelah
tujuh jam kuliah dengan beragam rumus yang membuat kepalanya jenuh dan hampir
meledak, akhirnya dia bisa berelaksasi mendengarkan lagu-lagu ditemani pemandangan
sore itu.
Sejenak ia memelankan jalannya, karena
terlihat di depannya berjalan anggun seorang perempuan berjilbab panjang yang sering kali berpapasan dengannya di jalan
itu. Sore itu hari jumat, dan selalu Daffa berpapasan dengan gadis itu di hari
yang satu ini. Tanpa sadar Daffa tersenyum tipis karena mulai terpesona oleh
indahnya wajah bersih perempuan berjilbab itu. Pelan-pelan hatinya mulai
mengagumi gadis itu. Terkadang terbersit dihatinya untuk sekedar menyapa dan
tersenyum padanya, namun tidak pernah dia lakukan karena terkunci rapat mulut
dan merasa kelu lidahnya ketika bertemu dengan gadis itu. Lalu semuanya
berlalu, dan dia hanya bisa terrsenyum.
............................
”Pa, hayu ah urang joging di BSP?”
Asep teman SMAnya di Bandung yang kini
merantau ke JOgja bersamanya mengajak Daffa setelah membuka pintu kamar kost
Daffa dengan kostum olahraga lengkap. ”mhhhhh....,gah ah aku isih ngantuk
je...” Daffa menjawab dengan suara parau karena masih berselimut di kasurnya. Dia
memang sering menggunakan bahasa jawa karena sudah hampir 3 tahun di Jogja. ”jiah...ayolah...,mumpung
masih isuk! Rame iki...,okeh wedoke lho, sambil cuci mataaa,hahaha.” Asep yang
bersebelahan kost dengan Daffa mencoba merayu. ”hoaaahhh...,iya iya, ke heula atuh. Ya udah tungguin, aku
cuci muka dulu.” Daffa menjawab sambil bangkit dari kasur kesayangannya dan
menuju kamar mandi. Tidak tega menolak ajakan teman karibnya yang sudah siap
tempur dengan kostum lengkapnya, daffa mengiyakan ajakan Asep. Dia memang
sering tidur lagi setelah solat subuh, dan bangun siang pada hari libur kuliah.
Hari itu sabtu pagi, dan masih pukul 06:03 WIB. Setelah keduanya siap, mereka
berangkat ke BSP berjalan kaki, karena memang tidak terlalu jauh jarak kostnya
ke BSP. BSP (Brahma Sabha Pramana) adalah gedung serbaguna (seperti sabuganya
ITB) yang digunakan untuk upacara penerimaan maba dan tempat acara wisuda
mahasiswa UGM. Meski sering pula disewakan untuk acara mantenan dan acara-acara lainnya.
Gedung ini berbentuk JOGLO (rumah tradisional Jogja) dengan warna dominan
merah. Apabila dilihat dari depan gerbang bunderan UGM pada saat cuaca cerah,
akan terlihat landscape indah kenampakan taman rumput hijau yang diapit jalan dengan
ujungnya Gedung BSP, dan ke utara lagi tampak sejajar gunung Merapi yang menawan. Di depannya BSP, terdapat lapangan yang luas dengan
undakan amphiteater menghadap selatan yang sering digunakan muda-mudi sekedar
nongkrong atau pacaran, sambil menikmati pemandangan lapangan hijau yang sering digunakan mahasiswa untuk berolah
raga, sekedar jogging, main bola, latihan bela diri, dan kegiatan UKM lainnya.
Dan di sekelilngnya terdapat taman dengan jalan-jalan kon blok yang merupakan
trek favorit mahasiswa untuk berjogging ria.
sesampainya di BSP, Daffa dan Asep langsung
melakukan pemanasan di bawah pohon sawo belanda yang memang cukup banyak
menghiasi area ini. Keduanya berada di sebelah barat laut gedung BSP yang
merupakan sudut favoritnya untuk pemanasan sebelum jogging di mulai. ”tuh kan
rame tha...? tak kandani ok.” Asep berseloroh sambil tersenyum kegirangan.”Lha
kon iku tujuane opo tha rek? Adek jogging apa neangan awewe..?! Hadeuuh, parah...” Daffa balik bertanya tanda
protes. Terkadang ia juga menggunakan logat jawa timuran karena terpengaruh
teman se-jurusannya yang cukup banyak orang jawa timurnya. ”Lha mboten nopo-nopo tha
mas..., kan menyelam sambil minum
air..,hahaha. Hayu ah...!” Asep membela sambil mulai berlari kecil mengajak
daffa mulai jogging. Kemudian mereka mulai jogging dan mengitari jalanan di sekitar
gedung BSP. Belum sampai satu putaran,
mata Daffa menangkap sesosok perempuan yang tidak asing di depannya, perempuan
berjilbab biru dan mengenakan jaket sporty putih dengan strip hitam dilengannya
dan bawahan training biru langit, sedang berlari kecil berlawanan arah dengannya.
Dia terlihat cantik dengan balutan busana agak berbeda dari biasanya, namun
masih menutup sempurna auratnya. Daffa hanya bisa menganga terpana karena
perempuan itu adalah orang yang sering dia jumpai di jalan itu. Perempuan yang
setiap jumat sore berpapasan dengannya sepulang kuliah. Dia mulai tersenyum
tipis dan hatinya terasa lapang, karena sebenarnya dia sudah berharap hal ini
terjadi. Hal dimana dia bisa kebetulan bertemu dengan perempuan berjilbab dan
berwajah jernih ini di BSP. ”woi!!! Kenapa ai kamu? Jogging kok sambil
melamun..,hahaha” Asep menghentak menyadarkan kesadaran daffa yang sedikit
melayang beberapa detik setelah berpapasan dengan perempuan itu. ”Ah nteu...”
Daffa menjawab gelagapan. Di putaran kedua dia menatap perempuan itu sejak masih
jauh terlihat di depannya. Ketika semakin mendekat, Daffa semakin tidak bisa
melepaskan pandangannya dari makhluk cantik itu. Dan ketika jaraknya hanya 10
langkah darinya, perempuan itu melihat daffa, dan bertemulah kedua mata mereka.
Perempuan itu menyadari Daffa menatapnya tanpa rela sedikit pun berpaling dari
keindahan paras ciptaan yang Maha Sempurna itu. Perempuan itu tersenyum manis
padanya dan sedikit mengangukan kepalanya pada Daffa. Daffa dengan kikuk
membalas senyum dan anggukan itu. Hatinya mengembang, lalu terasa ingin
meledak, namun ia merasa sangat lapang untuk bernapas. Kakinya mulai memelan
mengayun, lalu terasa setiap sendinya terberai tak beraturan kesana kemari dan
berasa seperti ingin berlutut. Lalu ia seperti di beri semangat luar biasa
untuk berlari, dan mulai berlari mengejar Asep yang sudah berada jauh di
depannya. Hatinya seperti mendapat harapan berarti yang tersimpan jauh di sudut
hatinya. Dia begitu bahagia karena akhirnya perempuan itu mengenalinya, karena
seringnya berpapasan dengannya di jalan itu. Di jalan yang dipenuhi kelakar
daun kering.
Gambar GSP UGM
.............................
saya tyerkesan bait kedua :) :) :) sekedar komentar
BalasHapuswoke..thanks lin, saya juga sudah mebaca sajak-sajak tersembunyimu...Keren,puitis dari kata2 yang tak biasa.Jenaka dan sarat makna. Khas kowe banget pokonya.hahaha
BalasHapus